Astronot Bumi
Oleh: Sri Rizki HardiantiKuntum-kuntum merebak
berkelakar masal membebat palung hati penghuninya
aromanya anyir,
bertabur peluh dekapan tanah perkuburan
di antara sayup-sayup langkahnya bergetar menjelma duka
suara-suara lantang nyaring berkumandang, memekik
menggugurkan rinai bersama mantra-mantra pemanggil duka
bertabur peluh dekapan tanah perkuburan
di antara sayup-sayup langkahnya bergetar menjelma duka
suara-suara lantang nyaring berkumandang, memekik
menggugurkan rinai bersama mantra-mantra pemanggil duka
di raut wajah, rintihan memori mengadu pasrah disergap gulita
gugur, katanya perwira di tepi jembatan itu
gugur, katanya perwira di tepi jembatan itu
jubah-jubah seragam putih bertopeng
menghalau musuh tanpa jasad
astronot bumi tersebutnya
Simalungun, 18 Agustus 2020
Tombak-tombak peradaban tertancap gagah bermuara lantang
berkumandang di bawah bendungan buatan ibu
larik-larik desau pelecehan dicabik-cabik beribu-ribu kali
mengikis gurat-gurat kesombongan
bersama ombak yang menghanyutkan kepalan-kepalan penjara berkaki lima
menghalau musuh tanpa jasad
astronot bumi tersebutnya
Simalungun, 18 Agustus 2020
“Pembebas Penjara Berkaki Lima”
Oleh: Sri Rizki HardiantiTombak-tombak peradaban tertancap gagah bermuara lantang
berkumandang di bawah bendungan buatan ibu
larik-larik desau pelecehan dicabik-cabik beribu-ribu kali
mengikis gurat-gurat kesombongan
bersama ombak yang menghanyutkan kepalan-kepalan penjara berkaki lima
“Puan bukan pelayan”
berkumandang teriakan melengking memekik pikir manusia-manusia berkepala banyak
mengubah jantung-jantung peradaban
di bawah lembaran-lembaran bertinta
diubahnya lubang-lubang menjadi bangunan-bangunan beratap pengetahuan
Kartini, tersebutlah nama pendiri bangunan-bangunan di tepi jembatan itu
dibebaskanlah tawanan-tawanan dari penjara berkaki lima
Simalungun, 29 Januari 2021
Bencana
Oleh: Sri Rizki Hardianti
Aku tapaki batu-batuan berpasir tanpa pusara itu
sunyi, senyap, gegap
kecuali rintihan manusia-manusia tanpa jasad
yang mengalun-alun seakan mengadukan nasib yang tak berkesudahan
sunyi, senyap, gegap
kecuali rintihan manusia-manusia tanpa jasad
yang mengalun-alun seakan mengadukan nasib yang tak berkesudahan
gelombang-gelombang berkabut menari-nari
di antara ratapan anak-anak kaki gunung, menggulung sungai-sungai yang bermuara di wajah seorang bocah
dengan kaki bernanah
dibawanya obor-obor ketakutan ke arah kelopak bunga bangkai tak berbau itu
desas-desus angin mematahkan tenggorokan-tenggorokan
bersama lumpur membakar tubuh-tubuh tanpa dosa katanya
aku datang sebagai saksi bisu yang membiru
aku datang sebagai saksi bisu yang membiru
apakah itu yang tersebut amarah? Apakah itu yang tersebab pengingkaran?
kicauan-kicauan melengking anak merapi mencekik tulang belulang
yang berserakan di tengah kabut berbulu domba
menyaksikan kehadiran raja dengan titahnya
menyaksikan kehadiran raja dengan titahnya
Simalungun, 04 Februari 2021
Sri Rizki Hardianti, akrab disapa dengan panggilan Kiki. Penulis merupakan seorang pengajar kimia yang telah menerbitkan 9 buku antologi. Selain mengajar, ia menghabiskan kesibukan dalam dunia blog dan youtube. Saat ini, ia tergabung dalam beberapa komunitas dan organisasi seperti Blogspedia, Blogger FLP, NgeShortsBareng, Klinik Nikah Medan, dan FLP Medan. Beliau sering membagikan tulisan di kikichemist.com. Ingin kenal lebih dekat? Silakan kunjungi akun instagram @kikirizki333
Share This :
0 comments