BLANTERWISDOM101

KREDIBALI, Kursus dengan Sampah Plastik yang Inspiratif

Minggu, 08 Oktober 2023
Edukasi dan literasi
https://www.youtube.com/watch?v=M32eMJu8E5g

flpmedan.org,- Pendidikan adalah sektor terpenting dalam kehidupan. Tanpa adanya pendidikan, akan terputus pula generasi penerus bangsa, karena tidak berkembangnya pola pikir masyarakat. Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tahun 2020. Sektor pendidikan secara global mengalami gangguan lantaran maraknya wabah covid-19 yang menyebar secara signifikan.

Wabah yang begitu cepat menyebar ini menyebabkan pemerintah harus mengambil tindakan dengan beragam pembatasan kegiatan, hal ini juga berdampak pada sektor pendidikan. Secara tiba-tiba, masyarakat mau tak mau harus siap dengan sistem pembelajaran daring.

Mungkin, bagi mereka yang berada di kota pembelajaran daring tidak terlalu sulit dilakukan lantaran fasilitas yang sudah lebih maju. Namun, bertimbal balik dengan keadaan anak-anak di pelosok negeri. Pendidikan biasa saja sudah sulit didapatkan, apalagi pendidikan dengan sistem daring yang sudah pasti memerlukan gadget dan sinyal yang kuat. Keadaan ini sangat berdampak bagi masyarakat pelosok, salah satunya masyarakat di desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali.

I Gede Andika Wira Teja, pemuda asal Bali yang rela membatalkan beasiswa kuliah S2 ke UK demi membangun pendidikan di desanya. Di tengah kegundahan Gede Andika melihat kondisi desanya, KREDIBALI muncul sebagai jawaban untuk membantu pendidikan anak-anak di pelosok Bali.

KREDIBALI sendiri merupakan kursus bahasa inggris yang diperuntukkan bagi anak-anak jenjang SD hingga SMP. Andika dibantu dengan para relawan turut bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk mengembangkan program ini dan menjadikan Balai Desa sebagai tempat proses belajar mengajar.

Keresahan Gede Andika, Hingga Kursus Bahasa Inggris dengan Biaya Sampah Plastik

Kisah inspiratif pemuda indonesia
https://www.idntimes.com/life/inspiration/fitriani-sudrajat/gede-andika-kesampingkan-ego-demi-pendidikan-anak-di-desa-c1c2?page=all

Pembatasan aktivitas yang mengharuskan anak-anak melakukan pembelajaran daring justru membuat banyak anak di desa yang memutuskan tidak bersekolah lantaran tak adanya fasilitas.


“Anak-anak juga memilih untuk tidak sekolah karena memang fasilitas media dukung itu tidak punya, karena handphone gak ada, laptop gak punya, terlebih lagi jaringan, gitu. Jadi, karena hal itu, banyak anak-anak kemudian kehilangan motivasi untuk belajar.” terang Gede Andika.

Berangkat dari kondisi tersebut, Gede Andika yang saat itu sedang pulang ke kampung halaman prihatin melihat kondisi masyarakat sekitar, dan akhirnya tergugah untuk membuat sebuah project.

Ia kemudian membentuk KREDIBALI di bawah komunitas Jejak Literasi Bali yang telah didirikannya, sebuah program rumah belajar untuk kursus bahasa inggris yang diperuntukkan bagi anak-anak kurang mampu.

Uniknya, tak hanya sekadar kursus bahasa Inggris. Gede Andika yang melihat masa krisis ekonomi saat pandemi juga memutar otak agar-anak-anak tak perlu membayar biaya untuk bisa belajar di KREDIBALI (Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan).

Maka, tercetuslah sebuah ide di mana anak-anak yang mengikuti pembelajaran, hanya perlu membayar dengan sampah plastik saja.

“Jadi kan sebenarnya, Bali itu adalah provinsi yang menerapkan kebijakan diet sampah plastik ya, kantong plastik kan. Nah, dengan mendukung program itu terlintas dibenak saya bagaimana mengajar anak-anak tapi tidak ada unsur moneter di dalamnya, tidak ada unsur money, karena dalam kondisi covid-19 semua orang sedang struggling ketika kita membahas tentang uang.” Jelas Gede Andika saat di wawancara.
Tak hanya sampah plastik biasa, Andika mengedukasi anak-anak untuk membayar dengan sampah plastik yang ada dalam rumah tangga, sehingga anak-anak teredukasi untuk tak membuang sampah sembarangan, juga mengedukasi para orang tua untuk mengumpulkan sampah untuk membayar biaya kursus bahasa inggris.

Selain itu, ia bekerja sama dengan sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pengelolaan sampah, dan setiap sampah yang disetorkan akan diganti dengan beras. Beras yang terkumpul kemudian akan dibagikan kepada para lansia.

“Dengan belajar bahasa inggris mereka secara langsung berkontribusi untuk menjaga lingkungan.” Lanjutnya.
Ibarat peribahasa “Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui”. Gede Andika tak hanya mengajarkan pendidikan hardskill kepada anak-anak Pemutaran, tetapi juga softskill. Tak hanya semangat untuk belajar, tetapi juga menyadarkan anak-anak untuk peduli dengan lingkungan, juga kepedulian sosial.


Hati yang Ikhlas, Berujung Antusias

Mengajar anak dengan literasi
https://www.idntimes.com/life/inspiration/fitriani-sudrajat/gede-andika-kesampingkan-ego-demi-pendidikan-anak-di-desa-c1c2?page=all

Berbeda dengan sekolah formal, Andika membagi kelas belajar menjadi 3 level, yaitu level basic (3-4 SD), intermediate (5-6 SD), dan level advance untuk setingkat SMP.

Pendidikan yang dijalankan melalui KREDIBALI juga memberikan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan karakter individu tiap siswa, karena Andika meyakini bahwa setiap anak itu istimewa dan memiliki cara belajar yang berbeda-beda.

Saat program ini dilaksanakan di Pemutaran, masyarakat sangat antusias untuk turut bergabung. Di masa pandemi, pertama kali KREDIBALI beroperasi hanya bisa memfasilitasi sekitar 75 siswa akibat adanya pembatasan kegiatan masyarakat, namun minat masyarakat yang cukup besar ternyata membawa 300 lebih pendaftar yang ingin ikut dalam proses pembelajaran.

Meskipun KREDIBALI dilaksanakan di Pemutaran, namun banyak siswa yang juga berasal dari desa lain yang jarak tempuhnya cukup jauh.

Hingga akhirnya, dipilihlah masyarakat yang memang paling membutuhkan kursus tersebut, program KREDIBALI ini mengutamakan pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu, karena Andika berharap ketika anak-anak telah lulus program ini, maka manfaatnya benar-benar akan dirasakan.



Aksi Nyata yang Berujung Penghargaan

Bali yang terkenal sebagai kota pariwisata, membuat Gede Andika memilih mendirikan program kursus bahasa inggris untuk mempersiapkan generasi selanjutnya yang mampu menguasai bahasa inggris, ia meyakini bahwa bahasa inggris sangat penting untuk diajarkan kepada anak-anak karena merupakan bahasa internasional yang bisa digunakan di mana saja.

KREDIBALI bahkan telah berhasil membawa anak-anak Pemuteran memenangkan kompetisi bahasa Inggris.

Berbekal rasa peduli yang kemudian diwujudkan dengan aksi nyata, membuahkan hasil yang manis hingga KREDIBALI akhirnya menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra Indonesia sebagai Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19.


“Harapan saya semakin banyak anak muda yang peduli dengan isu sosial kemudian bisa bergerak, tidak hanya berhenti dari sebatas peduli, tidak hanya empati saja pada kondisi sekitarnya tapi juga melakukan aksi dan dari KREDIBALI, semoga semakin banyak anak-anak di pelosok Bali yang terbantu dari proses belajar dan mereka memiliki mimpi yang bisa mereka lihat dari sosok inspirasi.”

Melalui KREDIBALI, Gede Andika berharap dapat membentuk perspektif kepada anak-anak untuk memiliki semangat belajar dan mimpi yang lebih jauh. Bersama para tim, Ia akan terus melanjutkan KREDIBALI untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat desa.

Selain di Pemutaran, KREDIBALI juga telah berdiri di Gianyar dan akan dikembangkan ke daerah Bangli dan Karangasem. Dalam sebuah wawancara, Andika juga menyampaikan bahwa kedepannya ia akan berkolaborasi dengan negara lain untuk mendirikan KREDIBALI di luar negeri.

Akhir kata, Andika menyampaikan bahwa langkah pertama untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dimulai dengan membangun desanya.


“Langkah untuk mengabdi pada bangsa dan negara itu awalnya dari desa, kemudian kita bisa berkontribusi untuk bangsa dan negara. Perjalanan saya mengajarkan, sejauh apapun saya menempuh pendidikan tidak kemudian membuat saya lupa melihat dan menelisik apa yang terjadi di desa saya” Ucapnya.
Ditulis oleh: Sri Rizki Hardianti

Share This :
FLP Medan

Salam kenal, ini adalah website resmi FLP Medan, sebuah organisasi kepenulisan terbesar yang berasaskan keislaman, kepenulisan, dan keorganisasian.

0 comments