BLANTERWISDOM101

KARYA PILIHAN: Mencari Ilmu atau Menuntut Puji?

Sabtu, 06 Februari 2021

 


Ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, bahkan terdapat anjuran menuntut ilmu dimulai sejak lahir hingga akhir hayat. Selain itu pada Al-Qur’an Surat Al Mujadilah ayat 11 juga disampaikan bahwa Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang berilmu. Adapun sarana untuk menuntut ilmu dapat melalui lembaga pendidikan, baik formal, informal maupun non formal.

Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan berjenjang yang diakui oleh negara, adapun tingkatan pendidikan formal di Indonesia dapat dimulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) dan Perguruan Tinggi.

Untuk mengikuti pendidikan formal memiliki persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh calon peserta didik, berupa usia, domisili, nilai akademik hasil belajar dan bahkan harus mengikuti ujian atau tes yang diselenggarakan khusus dalam rangka menyeleksi peserta didik.

Kriteria setiap lembaga pendidikan baik dari jenjang PAUD hingga Perguruan Tinggi dalam menyeleksi peserta didik memiliki perbedaan, hal ini karena negara juga mengklasifikasikan lembaga pendidikan berdasarkan akreditasi. Alhasil, hanya orang-orang yang mampu bersaing yang akhirnya mendapatkan lembaga pendidikan berakreditasi baik.

Lolos di lembaga pendidikan bergengsi dengan akreditasi baik menjadi cita-cita setiap anak dan orang tua. Anak menjadi bangga apabila dapat belajar di tempat yang berakreditasi baik dan bagi anak yang belum mampu bersaing harus belajar di tempat yang tidak memiliki fasilitas sebaik lembaga pendidikan berakreditasi tersebut. Esensi menuntut ilmu sedikit terabaikan, beralih menjadi ajang memperebutkan lembaga pendidikan.

Hampir satu tahun ini, seluruh dunia terkena pandemi yang mengakibatkan lembaga pendidikan formal terpaksa menghentikan pembelajaran tatap muka dan kegiatan belajar mengajar dialihkan melalui daring. Anak yang masih di jenjang SD hingga SMA harus menyesuaikan diri dan lebih mandiri selama pembelajaran karena kebanyakan guru di sekolah hanya memberikan tugas atau soal yang dikerjakan tanpa penjelasan dan pemaparan sedetail saat belajar tatap muka.

Pendidikan non formal menjadi solusi pembelajaran tatap muka karena mampu menerapkan protokol kesehatan dengan pembatasan jumlah peserta didik dalam satu kelas, selain itu pendidikan non formal diharapkan mampu membantu dalam pembelajaran karena proses belajar secara daring yang dilakukan oleh pendidikan formal dinilai tidak efektif karena guru hanya memberikan tugas namun tidak memberikan penjelasan atau pemaparan materi belajar. Orang tua mulai tersadar mendapati anaknya tidak dapat belajar maksimal, sehingga pendidikan non formal berupa lembaga bimbingan belajar dipilih untuk mendampingi anak dalam belajar.

Lembaga bimbingan belajar tidak hanya dianggap sebagai pendamping belajar anak, namun dianggap sangat menentukan kelulusan anak saat akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Padahal, tingkat kelulusan anak juga sangat ditentukan oleh kemampuan anak sendiri dan peranan orang tua dalam menciptakan kondisi yang nyaman untuk belajar dirumah.

Sebagai seorang konsultan pendidikan, saya seringkali mendengar target yang diberikan orang tua, Bu, target anak saya adalah Universitas Gajah Mada dengan jurusan Ilmu Komunikasi’ atau ‘Bu, anak saya harus melanjutkan sekolah di SMA Unggulan Matauli’ dan lain sebagainya. Terkadang saya akan melontarkan pertanyaan untuk menanggapi ‘Ibu ingin si adik mempelajari ilmu di jurusan tersebut atau hanya ingin dia belajar di tempat itu?’ Pertanyaan yang saya lontarkan tersebut dapat membuat para orang tua terdiam dan terlihat sedikit berfikir

Memang tidak bisa dipungkiri, anak yang bisa lolos di sekolah atau perguruan tinggi dengan kualitas dan akreditasi baik lebih sering disanjung dan dipuji daripada anak yang lainnya, apakah anak lainnya yang tidak berkesempatan untuk meraih tempat belajar yang berkualitas dan akreditasi baik tak layak dipuji? Padahal kedua kategori anak tersebut sama-sama sedang menuntut ilmu.

Ya, tentu kita harus berfikir ulang mengenai makna dan tujuan menuntut ilmu. Apakah benar ingin mencari ilmu atau hanya sekedar menuntut puji ?

 

Tentang Penulis:

M. Khamdiyah lahir di Aceh Barat, 5 Mei 1995, merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Berkuliah di Ilmu Administrasi PublikUniversitas Sumatra Utara Angkatan 2013. Tergabung di Relawan Rumah Zakat Medan Angkatan 12 dan Forum Lingkar Pena Medan Angkatan 8. Karya yang sudah dibukukan dapat dibaca pada antologi cerpen Langkah Tak Beraturan, Antologi Cerpen Merantau Setiap Pergi, Sejarang Pulang dan Antologi Cerpen Abdiku Untuk Baktiku. 


Share This :
FLP Medan

Salam kenal, ini adalah website resmi FLP Medan, sebuah organisasi kepenulisan terbesar yang berasaskan keislaman, kepenulisan, dan keorganisasian.

0 comments