Membahas masalah pandemi covid-19 tidak
pernah bosan bagi pengamat baik ekonomi maupun bidang lainnya. Karena kondisi
ini sangat berpengaruh semua bidang. Kita mengetahui bahwa wabah ini
mempengaruhi bagi perkembangan ekonomi terutama di Indonesia. Sebelum wabah ini
semakin luas, pemerintah mulai menggaungkan mengenai revolusi industri 4.0. Meskipun kita telah
tertinggal dengan negara maju di dunia, dimana mereka sudah menggunakan
revolusi industri 5.0. Mungkin kita lebih menggunakan peribahasa biarlah lambat
asalkan selamat.
Sekarang, kita tidak bisa mengabaikan
bahwa hampir semua kegiatan menggunakan teknologi. Salah satunya yang trend
sekarang ini adalah pemakaian gadget. Dengan demikian, banyak masyarakat umum
yang menggunakan smartphone sebagai fasilitas untuk mengembangkan usahanya.
Tentu saja ini sangat membantu di saat pandemi ini, masyarakat yang kehilangan
pekerjaan dan juga masyarakat yang sedang mencari penghasilan bisa memanfaatkan
smartphone sebagai fasilitas dalam usahanya.
Bahkan di dalam smartphone memiliki
fasilitas yang lengkap. Sehingga kita bisa memanfaatkan sosial media secara
bijak. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Arts Pandemi Covid-19 telah memberikan efek domino multisektoral
(kesehatan, sosial, ekonomi, keuangan). Namun aktivitas ekonomi harus terus
berjalan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan. “Pekerjaan rumahnya ialah
bagaimana melakukan dua hal tersebut secara seimbang? Ekonomi digital menjadi
salah satu jawabannya,” (https://aptika.kominfo.go.id/2020/09/ekonomi-digital-jadi-penopang-perekonomian-di-tengah-pandemi/)
Secara
tidak langsung para pengusaha baik usaha kecil, menengah maupun besar beralih kepada
ekonomi digital. Tentu saja, ekonomi digital mampu membuat aktivitas di dalam
ekonomi menjadi lebih efisien, inovasi dan bisnis yang memiliki bisa beraneka
ragam. Meskipun ini sangat mendukung di masa pandemi, namun memiliki tantangan
besar dalam menghadapi ekonomi digital, antara lain :
1. Belum semua wilayah di
Indonesia memiliki kualitas internet yang memadai;
2. Lemahnya sistem cyber security dan keamanan data diri konsumen;
3. Minimnya talenta digital
yang sesuai dengan kebutuhan industri; dan
4. Baru 9,4 juta UMKM yang
sudah go digital dari total 60 juta UMKM.
Melihat tantangan tersebut tentu saja akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi digital itu sendiri. Dengan demikian pemerintah perlu
menyadari akan hal ini dan mencari solusi supaya ekonomi digital menjadi
berkembang. Selain itu, masyarakat pun perlu tanggap dalam kondisi ini supaya
mereka tidak tertinggal jauh. Dan ini akan berdampak dalam kehidupan
sehari-hari, karena tidak bisa dipungkiri bahwa semua orang terlibat di dalam
bersosial media. Namun, sangat disayangkan bahwa ada masyarakat di Indonesia
yang menggunakan sosial media secara negatif, padahal itu semua bisa dijadikan
unsur positif.
Sementara bagi produsen juga harus cerdas di dalam situasi
dalam menjalankan bisnisnya. Dengan kondisi seperti ini, banyak masyarakat
mengalami penghasilan yang minim dan ini juga berpengaruh bagi para produsen di
dalam memproduksinya, namun tidak bisa dihindari bahwa saat mereka melakukan
produksi, produk tersebut harus bisa dibeli oleh konsumen. Lalu bagaimana agar
semua itu bisa terjadi? Maka produsen harus memahami apa yang menjadi kebutuhan
oleh konsumen dengan menggunakan ekonomi digital. Dan para produsen harus bisa
beradaptasi dengan baik di dalam perkembangan digital. Dengan terus belajar dan
meningkatkan kualitasnya di dalam memahami perkembangan digital tersebut.
Tentang Penulis
Fuji Astuty – Salah seorang anggota FLP Medan Angkatan V dan juga Pengajar di salah satu Universitas swasta di Medan.
0 comments