BLANTERWISDOM101

PROFIL MINGGU INI: Tidak Hanya Mengajar tetapi Juga Mengajak Menulis

Sabtu, 10 Oktober 2020

 


Mendalami ilmu sesuai dengan passion, tentu menjadi hal yang diimpikan bagi setiap orang. Sama halnya dengan dosen sastra yang juga adalah seorang penulis ini. Ia bahkan telah menyelesaikan pendidikan magister ilmu sastra di Universitas Gajah Mada dengan IPK yang cukup membanggakan, 3,95.

                Ari Azhari Nasution. Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU) ini mulai aktif menulis sejak masih kuliah sekitar tahun 2008. Pria alumni Sastra Indonesia USU ini, memang sudah lama menulis. Tulisannya sudah pernah terbit di beberapa media cetak seperti Analisa,  Medan Bisnis, Waspada, Joglosemar dan Riau pos.  Selain itu ia juga aktif di beberapa organisasi kampus dan komunitas menulis, seperti HMI, UKM Teater O USU, Warung Sahiva, Ketua Himpunan Keluarga Besar Sastra Indonesia, Koordinator Humas Forum Lingkar Pena (FLP) Sumut, dan UKM Kesenian Himpunan Mahasiswa Pascasarjana UGM.

                Pria kelahiran Tebing Tinggi ini, kini lebih sering menulis karya ilmiah berupa jurnal dengan pengkajian sastra dan analisis karya sastra. Beberapa jurnal yang telah ditulisnya yaitu, Jurnal Antarabangsa Persuratan Melayu (RUMPUN) International Journal of The Malay Letters Vol. 8 (2020), Jurnal Antarabangsa Persuratan Melayu (RUMPUN) International Journal of The Malay Letters Jilid 6 (Jan, 2018), Bahasa Indoneia Prima Vol.2 (2020). Buku yang pernah ditulisnya yaitu buku esai Poe(l)itica (2017) dan Antologi Kisah Perempuan yang Membalurkan Kotoran Sapi pada Kemaluannya Seumur Hidup (2017).

 Nah, apakah ada perasaan atau sesuatu yang berbeda saat menulis ketika masih mahasiswa atau ketika telah menjadi dosen sastra? “Kalau perasaan menulis itu gak berubah, masih sama. Hanya  gaya kepenulisan sudah bisa membedakan. Karena sekarang lebih sering menulis analisis karya sastra (kritik),” papar suami Evi Marlina Harahap.

                Selain kesibukannya mengajar, ayah dari Ayizia Rindiani Nasution kini sedang menuntaskan beberapa buku solonya, salah satunya buku tentang apresiasi sastra.  Sebagai pengajar di bidang sastra, tentunya Ari tidak hanya mengajar tetapi juga mengarahkan mahasiswanya untuk menulis, sebagai aplikasi dari ilmu sastra yang mereka pelajari. Apakah animo mahasiswa kini dalam menulis tinggi? “Minat dalam menulis cukup tinggi, namun masih enggan untuk mempublikasikan lewat media, alasannya ribet, takut ditolak dan lain-lain. Maka hanya segelintir aja yang memang mau fokus menulis. Kalau peminatan sendiri, ada yang lebih ke novel ada juga yang menulis artikel.” Jelas penyuka getuk ini.

                Mengingat memang kini belum cukup tinggi minat generasi muda untuk menulis, Ari punya trik tersendiri dalam menstimulus mahasiswa agar semangat menulis. “Untuk mahasiswa yang mau menulis, ada reward khusus untuk yang tulisannya berhasil dimuat dikoran. Reward bisa berupa buku atau  nilai tambahan untuk mereka, “ ujar pria yang tidak suka menunggu ini. Ada kesan juga saat mengajak mahsiswa untuk menulis, “lucu juga melihat mereka yang awal-awal belajar menulis itu bersemangat sekali. Tapi ketika sudah mulai menulis muncul berbagai alasan. Salah satunya adalah kurangnya referensi/bacaan. Jadi akhirnya menyuruh mereka membaca dulu,” terang pria kelahiran 14 April ini.

                Banyak berkah dari menulis yang sudah dirasakan sulung dari pasangan Aladdin Nasution dan Alm. Chairani ini, salah satunya bisa keluar negri dari menulis. “Bisa mengerjakan tugas dengan hasil yang baik sekaligus belajar menulis, yang akhirnya mengantarkan Ari menjadi peserta International Summer School di Humboldt  University, Jerman.” Kenang dosen yang pernah menjadi editor Jurnal Poetika UGM ini.

Kunci dari lahirnya sebuah tulisan adalah membaca. Dari membaca ada wawasan yang bisa kita ambil,  kita juga bisa melihat bagaimana gaya bahasa dari sebuah tulisan. Ide juga bisa dicari dari banyak membaca. Ini juga yang diingatkan Ari pada mahasiswanya, “banyaklah membaca, lalu menulis. Karena banyak manfaat yang akan didapatkan dari keduanya.”


Share This :
FLP Medan

Salam kenal, ini adalah website resmi FLP Medan, sebuah organisasi kepenulisan terbesar yang berasaskan keislaman, kepenulisan, dan keorganisasian.

0 comments