Menurut
data WHO pada tahun 2016. Sekitar 800 ribu orang meninggal setiap tahunnya
karena bunuh diri. Setiap satu orang meninggal dalam 40 detik. Hal ini
merupakan angka yang sangat memprihatinkan. Padahal, segala nikmat waktu yang
telah diberikan merupakan sebuah anugerah yang patut disyukuri. Bahkan banyak orang
di luar sana yang dilanda penyakit berat punya harapan untuk hidup. Setiap
waktunya merupakan hal yang paling berharga dalam menciptakan kenangan.
Bagi
orang-orang yang mengalami putus asa, kehidupan ini tidak ada artinya lagi.
Ketika itu melangkahkan kaki ke dunia rasanya tidak mampu. Sehingga pemikiran pendek
untuk mengakhiri hidup datang. Segala yang datang menjadi pemikiran negatif
bagi mereka. Hal yang terlintas adalah tidak peduli dengan orang lain dan
bahkan merasa kesepian.
Menurut
Nevid dkk (2005),
depresi merupakan salah satu gangguan emosional. Depresi sendiri merupakan
gangguan yang mengacu pada satu arah tunggal di mana terdapat perubahan pada
kondisi emosional, perubahan dalam motivasi dalam fungsi, perilaku motorik, dan
perilaku kognitif.
Faktor
yang menjadi penyebab utama pemikiran mengakhiri hidup adalah depresi.
Puncaknya negatif seseorang ketika mengalami stress. Seringkali disebabkan
karena masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam hidup. Ia merasa kesepian
dan motivasi hidup menjadi rendah.
Saya
dulu juga pernah mengalami masa-masa putus asa dan berpikiran untuk mengakhiri
hidup ini. Tepat di bulan Maret. Kebetulan lockdown
untuk pertama kali. Kasusnya bukan masalah cinta. Lebih mengarah pada
penolakan orang lain kepada saya. Hanya saja, ketika itu saya menemukan sebuah
ayat di dalam al-Qur'an yang sangat membuat hati tertampar.
Dia
(Ibrahim) berkata, "Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya,
kecuali orang yang sesat." Al-Hijr ayat 56.
Akhirnya saya berpikir kembali untuk menarik diri
dan mengurungkan niat berputus asa. Saya tidak ingin tersesat dan ingin
menyelamatkan diri dari jurang kesesatan tersebut. Perlahan seiring berjalannya
waktu. Hati pun mulai berubah dengan sendirinmya. Satu per satu beberapa hal
terungkap dan saya menjadi pribadi yang berbeda. Terkadang, waktu yang akan
menjawab akhir dari permasalahan.
Lingkunganlah yang membentuk diri menjadi sebuah
pribadi yang berbeda. Ada orang yang terbiasa menjalani kehidupan sulit.
Sehingga membuatnya menjadi orang yang kuat dalam menghadapi rintangan hidup.
Namun ketika seseorang itu mengalami kegagalan berulang kali dan mendapatkan penolakan
dari semua orang yang ia temui bahkan mendapatkan pembulliyan. Hati menjadi
rapuh dan rasa sedih datang. Bermula dari rasa sedih yang berkepanjangan itulah
yang membuat seseorang menjadi depresi. Terlebih lagi jika merasa jauh dari
sang Pencipta. Diri merasa ragu atas kuasa-Nya dan rasanya ingin jauh saja.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk
menghindari pemikiran mengakhiri hidup adalah mengenali diri sendiri. Kita
harus tahu diri termasuk tipe yang mana. Apakah termasuk yang mudah tersinggung
dan mudah melupakan? Atau sangat tegar ketika dihadapkan sebuah masalah yang
menguras jiwa dan emosi?
Jika
masuk ke dalam kategori orang yang mudah tersentuh hati/baper/mudah terluka.
Segera tarik diri ke zona yang lebih aman. Bisa itu berusaha menenangkan diri
dengan menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya. Jalan yang paling ampuh
biasanya dengan mengeluarkan air mata. Kita bisa mencari tempat yang sepi.
Misalnya kamar atau yang paling menentramkan itu di rumahnya sang Pencipta. Boleh
di mana saja yang membuat diri merasa nyaman dan baik-baik saja.
Cara
mengenali diri sendiri bisa dengan membandingkan kehidupan dengan masa lalu.
Misalnya mengingat kembali ketika dihadapkan sebuah permasalahan. Apakah termasuk
orang yang bisa mengatasinya dengan baik atau tidak? Misalnya melihat sisi
kelebihan dalam diri dan menelaah lebih lanjut kekurangan apa yang ada dalam
diri. Sebisa mungkin tidak menyalahkan kekurangan yang ada pada diri.
Salah
satu contoh menelaah kekurangan dalam diri
misalnya rentan atau mudah
kepikiran terhadap suatu hal. Maka hal yang bisa dilakukan adalah dengan
memperbaikinya berpikir tenang terlebih dahulu ketika dihadapkan masalah.
Kemudian memutuskannya. Jika tidak mampu mengatasinya. Kita bisa bertanya
kepada orang yang bisa dipercaya dapat membantu masalah.
Ketika
seseorang mengenali diri sendiri. Ia pasti akan tahu apa yang membuat dirinya
menjadi bahagia ataupun sedih. Sesekali bahagiakan diri dengan melakukan apa
yang disukai. Jika sedang bersedih kita bisa melakukan hal-hal yang disukai
atau membuat diri merasa bahagia.
Sesulit
apa pun beban hidup ini. Ada yang paling ampuh dalam mengatasi masalah. Ketika
menyerahkan segalanya kepada sang Pencipta dan menciptakan keyakinan dalam
hidup ini bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Teruntuk orang yang pernah mengalami masa-masa sulit dan bangkit lagi dari rasa putus asa. Terima kasih sudah mencoba untuk bertahan dan menjalani skenario hidup ini. Kalian merupakan orang yang hebat dan tangguh.
Tentang Penulis Henny Puspita Sari Gadis penyuka biru laut ini merupakan anggota FLP angkatan ke-VIII
0 comments