BLANTERWISDOM101

KARYA PILIHAN: Pentingnya Ilmu Pengasuhan Keuangan Sejak Dini Terhadap Anak

Sabtu, 10 Oktober 2020

 

Oleh Resti

Keberhasilan sebuah keluarga disamping mempunyai kepala keluarga yang bijaksana juga tak luput dari kecakapan seorang ibu dalam mengatur keuangan dikeluarganya. Peran kedua orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan anak dimasa depan. Salah satunya dengan mempersiapkan kemandirian finansial anak melalui pengasuhan keuangan. Ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya dan bendahara terbaik  dikeluarga kecilnya. Sehingga, penting bagi para calon ibu ataupun yang sudah menjadi ibu untuk mempersiapkan ilmunya sejak dini. Karena sebagian kita bahkan kebanyakan dari kita lupa untuk mempersiapkannya ataupun mempelajarinya sampai bener-bener sah menjadi seorang ibu rumah tangga.

Ada banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mengawali hidup berumah tangga. Selain kesiapan fisik dan mental, kita juga harus memprsiapkan berbagai macam ilmu untuk menjalaninya. Mulai dari ilmu parenting, psikologi pasangan menyangkut perbedaan otak kiri dan kanan serta perbedaan karakter laki-laki dan perempuan. Namun, justru kita lupa mempersiapkan ilmu dalam manajemen keuangan. Padahal masalah keuangan merupakan bagian dari keseharian kita yang justru harus dikuasai ilmunya, agar kelak mudah dalam mengelola permasalahan kompleks yang akan timbul akibat kebutaan akan keuangan.

Saat sekarang ini kecakapan keuangan tidak dianggap life skill, bahkan kecerdasan keuangan masih dianggap tabu dalam pendidikan. Maka tak heran banyak kita temui remaja bahkan orang dewasa yang masih suka menghabiskan uangnya hanya unuk berfoya-foya demi mempertahankan gengsinya. Itu semua dapat terjadi akibat tidak adanya pembelajaran sejak dini tentang pengasuhan keuangan. Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang pengasuhan keuangan, mari kita ketahui terlebih dahulu defenisi melek keuanagan. Melek keuangan atau fianancial literasi merupakan pengetahuan dan kemampuan mengelola keuangan dalam keluarga. Namun faktanya menurut OJK, hanya 29,7% orang Indonesia yang melek keuangan. Itu artinya hanya sedikit saja dari kita yang mau dan mempelajari tentang ilmu yang satu ini.

Mengapa pengasuhan keuangan menjadi penting? Karena banyak hal yang terjadi dalam rumah tangga yang dapat memicu hadirnya hutang, gaya hidup yang konsumtif yang dapat membawa kita pada pemborosan, juga dapat membuat kita tidak memiliki asset sama sekali. Kurangnya ilmu pengasuhan keuangan sejak dini pada anak, membuat anak menjadi boros dan tidak produktif dalam menggunakan uangnya bahkan tak sedikit akhirnya yang terjebak dalam gaya konsumtif yang dapat mengahalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, contohnya seperti handpne mahal, baju-baju mahal dan kebutuhan lainnya. Ada banyak contoh kasus yang terjadi akhir-akrir ini akibat kurangnya ilmu pengasuhan keuangan seperti “wedding disaster” yang sempat viral didunia maya.

Lantas sejak usia berapa anak mulai dikenalkan dengan ilmu pengasuhan keuangan dan kenapa pengasuhan keuangan?

“If the world changed, and you are not doing anything to prepare the kds, you are doing a disservice to them”

(Tom Driscoll).

Ada tiga jenjang tahapan untuk mengajarkan tentang kemandirian finansial anak, sebagai berikut:

7 Tahun Pertama

Kebanyakan dari kita menganggap bahwa anak usia 7 tahun pertama belum bisa diajarkan untuk mengenal apa itu uang dan apa fungsinya. Ternyata kita salah, justru pengenalan uang terhadap anak dapat dilakukan sejak anak berusia 0-7 tahun. Ungkapan yang mengatakan bahwa memori anak dibawah 7 tahun merupakan kaset kosong dapat kita manfaatkan untuk memperkenalkan yang baik-baik kepadanya. Apa yang sering kita ucapkan dan sering kita dengarkan untuknya mengenai hal-hal baik atau buruk sekalipun maka anak akan merekam  dan menyimpannya di memori ingatannya.

           Adapun cara efektif memperkenalkan uang kepadanya dengan mengatakan “ini uang untuk membeli sesuatu, bukan untuk dimakan”. Sehingga anakpun paham bahwa uang ada manfaatnya bukan  sebagai benda yang bisa dimakan atau dipegang saja. Tidak sampai disitu, kita juga sudah bisa mengatakan bahwa untuk mendapatkan uang, maka harus bekerja sungguh-sungguh. Baik buruknya uang juga tergantung yang memakai, sehingga diperlukan akhlak yang baik dalam mempergunakaknnya. Karna sifat uang ada batasnya, sehingga uang mampu membuat orang lain bertengkar. Tak lupa juga mulai mengajarkannya untuk membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang termasuk kedalam keingian. Sehingga jika ingin memebeli sesuatu harus menunggu dengan cara menabung terlebih dahulu agar mendapatkannya. Serta yang paling terpenting adalah tanamkan juga dalam pikirannya bahwa uang yang sesungguhnya itu adalah uang yang disedekahkan di jalan Tuhan, yaitu dengan menolong sesama.

7 Tahun kedua

Masa 7 tahun kedua dimana cara berpikir anak sudah mulai kompleks. Mereka sudah mulai bisa berpikir runut, bersikap jauh lebih teratur dan kritis. Namun diusia ini tantangan lain mulai terasa, dimana anak sudah banyak pergaulan diluar rumah, otomatis menjadi lebih banyak masukan berseliweran memenuhi benak mereka.

Pada fase ini kita dapat memulai dengan mengajarkan anak mengambil keputusan sederhana perihal keuangan, juga melibatkan pekerjaan rumah tangga terhadapnya. Contohnya dengan mengajaknya berbelanja bulanan ke swalayan. Dari keadaan ini kita dapat mengajarkan cara memilih kebutuhan yang paling utama dan menumbuhkan etos kerja. 
Menurut penelitian terbaru di Universitas Harvard, anak yang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, maka akan memiliki etos kerja lebih baik dibandingkan yang tidak. Selain itu, kita juga dapat menanaamkan perilaku yang baik terhadap anak, karena perbuatan baik merupakan sebuah investasi. Adapun hal lain yang dapat kita ajarkan untuk tahap ini adalah sebagai berikut:

1.      Menggunakan uang dengan bijak

2.      Make choice

3.      Membandingkan barabg baik dari harga maupun kualitas

4.      investasi terbaik adalah perbuatan baik

5.      Usaha tak akan mungkin meghianati hasil

6.      Keberhasilan dalam sebuah pekerjaan adalah sebuah etos kerja

7.      Memahami 3 sifat uang, hingga bisa mengendalikan uang dengan baik

8.      Hidup hari ini akan menjadi masa lalu dan besok akan menjadi hari ini

9.      Hidup itu harus seimbang, tak ada yang perlu dikorbankan jika semua hal penting

10.  Bayarlah sesuatu sesuai uang cashmu

7 Tahun ketiga

Nah mulai usia 15-21 tahun adalah masa sosialisasi, lingkungan pertemanan memiliki peranan sangat penting untuk membentuk identitas seseorang, apakah ia akan ikut arus sebagai mangsa empuk komoditas  konsumtif, dimana ia rentan menjadi korban penipuan atau ajang pemanfaatan, hingga tak heran jika kelak dewasa mudah tertipu investasi bodong, atau korban diskonan, bahkan bamper keuangan lingkungan pergaulannya.

 

Difase terakhir ini kita sudah bisa mulai mengajarkan anak untuk mandiri dengan mengenalinya pada produk-produk keuangan, mengenal apa itu pajak, bagaimana hidup dengan baiaya sendiri, merencanakan keuangan jangka panjang seperti melanjutkan sekolah, membeli rumah, kendaraan, biaya pernikahan, juga melibatkannya dalam budgeting keuangan keluarga, menabung dan investasi.

Selain pengasuhan 3 jenjang usia itu, hal utama yang tak boleh luput adalah jangan biarkan anak menghabiskan uang yang tidak pernah mereka hasilkan. Artinya kita tidak boleh bermudah-mudah dalam memberikan uang kepada anak. Tentu saja ini bisa dilakukan kalau cash flow keuangan kita bukan cash flow orang miskin.

 


Share This :
FLP Medan

Salam kenal, ini adalah website resmi FLP Medan, sebuah organisasi kepenulisan terbesar yang berasaskan keislaman, kepenulisan, dan keorganisasian.

0 comments