BLANTERWISDOM101

ARTIKEL: Lima Alasan Mengapa Batik Bukan Badjoe Kampoengan!

Sabtu, 10 Oktober 2020

 


Oleh : Aryadimas Suprayitno

Tiada dusta diantara kita, kapan terakhir kita memakai baju batik? Serentak kita menjawab, yaitu ketika menghadiri pesta undangan pernikahan.Untuk kaum mahasiswa, kemeja batik palingan hanya menjadi ‘pemain cadangan’ dalam urutan busana kampus. Mengapa hal tersebut terjadi? Beberapa jawaban teratas pasti mengatakan batik itu hanyalah baju kampungan, tidak stylish, dan baju khusus orang tua saja. Apalagi generasi milenial yang semakin beragamnya fashion style kekinian. Apakah anggapan tersebut benar adanya? Yuk kita bahas lima alasan mengapa batik tidak bisa diremehkan!

1. Diakui secara Internasional oleh UNESCO

Seperti yang kita ketahui, tanggal 2 Oktober merupakan Hari Batik Nasional. Sekadar nostalgia saja, batik diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya yang diselenggarakan oleh UNESCO di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009 lalu. Nah, pengakuan dari UNESCO inilah cikal bakal penetapan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional! Batik saja sudah diakui luar negeri, tentunya kita harus berbangga dong memakai batik!

2. Nilai Ekspor Batik yang Fantastis!

Mengutip pernyataan Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih dari laman Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, pencapaian nilai ekspor batik dan produk batik pada tahun 2017 sebesar USD58,46 juta. Tujuan utama pemasarannya mencakup negara Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Bahkan, batik juga memiliki daya saing kompetitif di pasar internasional. Negara luar saja tidak gengsi tuh membeli batik buatan Indonesia, masa kita masih percaya embel – embel kalau batik itu kuno?

3.   Outlet Batik Sudah Mendunia!

Percaya tidak kalau ada outlet batik di luar negeri? Sebagai bukti, Sasmita Batik di New York merupakan contohnya. Berawal dari ikut suami yang pindah kerja ke Amerika, seorang pengrajin batik bernama Novi Paluch tertarik untuk membuka sebuah outlet batik di sana. Tujuannya tentu ingin mengenalkan batik Indonesia kepada warga Amerika. Tidak hanya menjual batik, ia juga melengkapi koleksinya dengan dress, kemeja, dompet, dan kreasi berbahan batik lainnya.

Tidak hanya di Amerika, outlet batik juga terdapat di wilayah Asia. Dengan nama Rumah Bebe, outlet yang berlokasi di Singapura ini merupakan tunas pertama dari outlet batik Indonesia. Fokus utama Rumah Bebe yaitu menjual kebaya khas batik Pekalongan.

4. Pewarnaan yang Alami

Ciri khas dari batik Indonesia yakni pewarna alami tiada tandingannya. Meskipun sudah banyak pemakai pewarna buatan atas dalil lebih praktis dan cepat, kualitas pewarna alami tetap tak terkalahkan. Apa saja yang termasuk pewarna alami? Secara tak sadar, tersebar di sekitar kita, seperti kayu, akar, daun, serta bunga. Akan tetapi, patut diakui bahwa kain batik bercorak alami memang lebih mahal, namun sebanding dengan kualitasnya yang top. Maka, kita sebagai generasi milenial harus berbangga mengenakan kain batik berkualitas tinggi tersebut.

5. Persembahan Hadiah kepada  Perdana Menteri Italia

Pada masa Soeharto tanggal 6 – 7 Januari 1988, Perdana Menteri Italia Giovanni Goria beserta istrinya berkunjung ke Indonesia. Tahukah kalian, benda apa yang Soeharto hadiahkan kepada mereka sebagai cendera mata? Yap, kemeja batik sutra dan keris bali! Bayangkan saja, batik telah menjadi buah tangan bagi pendatang Internasional!

Kelima fakta di atas merupakan cambuk bagi kita semua agar tidak menduakan batik, hingga menyebut produk kampungan. Sebagai kaum milenial, sudah sepantasnya kita melestarikan warisan budaya Indonesia tercinta ini. Jangan khawatir, kreativitas telah menyulap batik menjadi fashion, dompet, dan produk lain yang tidak kalah pamornya dengan buatan luar negeri. So, selamat Hari Batik Nasional, kekayaan asli bumi pertiwi.

 

Sumber Referensi

1. Karja. 2019. Outlet Batik Indonesia yang Ada di Luar Negeri. https://kumparan.com/karjaid/outlet-batik-indonesia-yang-ada-di-luar-negeri-1rylFwHLjrC/full (diakses pada 09 Oktober 2020).

2. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2018. Tembus Pasar Jepang hingga Eropa, Ekspor Batik Nasional Lampui USD 58 Juta. https://www.kemenperin.go.id/artikel/19253/Tembus-Pasar-Jepang-Hingga-Eropa,-Ekspor-Batik-Nasional-Lampaui-USD-58-Juta (diakses pada 09 Oktober 2020).

3. Lestari, Estrin. 2019. Bangga! Batik Indonesia di Luar Negeri Sangat Diapresiasi. https://www.cekaja.com/info/batik-indonesia-di-luar-negeri/ (diakses pada 09 Oktober 2020).

4.Isnaeni, Hendri. 2014. Saat Soeharto Mengisap Cerutu. https://historia.id/politik/articles/saat-soeharto-mengisap-cerutu-vqMZv/page/1 (diakses pada 09 Oktober 2020).

5. Ramadhani, Yulaika. 2019. Sejarah Hari Batik Nasional 2 Oktober: dari Majapahit hingga UNESCO, https://tirto.id/sejarah-hari-batik-nasional-2-oktober-dari-majapahit-hingga-unesco-ei24 (diakses pada 09 Oktober 2020).

 

Tentang Penulis

Nama saya Aryadimas Suprayitno, seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan. Hanya seorang pemuda yang memiliki hobi seperti anak TK, yaitu membaca dan menulis. Mahasiswa yang memiliki moto hidup ‘Tebar Manfaat Setiap Saat’ ini dapat dihubungi melalui Instagram @mas.aryaak, Gmail aryaardi135@gmail.com, serta kontak WhatsApp 0857-6270-5278.

 


Share This :
FLP Medan

Salam kenal, ini adalah website resmi FLP Medan, sebuah organisasi kepenulisan terbesar yang berasaskan keislaman, kepenulisan, dan keorganisasian.

0 comments