Awalnya
saya enggan membaca buku ini. Belum menikah, kok baca buku tentang seks? Seraammmm!
Rupanya bukan saya saja yang menganggap topik seputar seks adalah pembahasan
yang tabu. Ratu Victoria dari Inggris itu pun dulunya, di tahun 1837 hingga
1901, membatasi negara dan rakyatnya untuk masalah seksual. Jauh lebih ekstrem,
beliau melarang iklan-iklan yang menampilkan pakaian dalam perempuan, mengganti
istilah “chicken breast” dengan “chicken bosom”, menutupi kaki-kaki meja
dan piano yang berlekuk indah, juga mengganti istilah “kaki” dengan “tungkai”. Karena
apa? Untuk menghindarkan munculnya rangsangan seksual, tentu saja. Pada masa itu,
masyarakat cenderung menganggap segala yang bersifat nudisme adalah rangsangan
seksual.
Nah,
hari ini, kita cenderung menganggap tabu permasalahan seksual, termasuk saya.
Jangan tanya bagi yang belum menikah, yang sudah menikah saja terkadang tabu
untuk membicarakan seks. Padahal, urusan seks ini ternyata memberikan pengaruh
besar bagi kehidupan berumah tangga. Nggak tanggung-tanggung, ada banyak
pasangan yang bercerai gara-gara urusan ranjang. Sesekali membaca buku tentang hubungan
antarmanusia rasanya sah-sah saja, selama kita menggali ilmu dan sisi positif yang
ada di dalamnya, apalagi bagi pasangan yang sudah menikah.
Jadi,
yah, inilah buku itu. Why Men Want Sex
& Women Need Love. Mengapa Lelaki Menginginkan Seks dan Wanita
Membutuhkan Cinta karya Allan dan Barbara Pease. Pasangan suami istri ini sudah
menulis 15 buku tentang masalah hubungan antarmanusia, memberi seminar ke tiga
puluh negara setiap tahunnya, dan membantu banyak pasangan menyelamatkan biduk
rumah tangga mereka. Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 2010 dan telah
mengalami cetak ulang berkali-kali. Versi terjemahan Bahasa Indonesia-nya
sendiri sudah dicetak ulang sebanyak tiga kali.
Persis
seperti judulnya, buku ini memang membahas tentang seks pada diri laki-laki dan
perempuan secara blak-blakan dengan mengambil banyak penelitian sebagai bahan
referensi. Sesuai dengan pengantar penulisnya, buku ini diharapkan mampu
memberikan pemahaman yang memadai bagi laki-laki dan perempuan tentang seks dan
cinta, serta karakter dasar masing-masing gender, sehingga mereka bisa mencari
pasangan yang tepat bagi yang sedang mencari pasangan, serta mengambil sikap
yang tepat dalam mengelola kehidupan berumah tangga bagi yang sudah menikah.
Yang
menarik dari buku ini adalah penguasaan materi oleh kedua penulis layaknya
orang yang berpengalaman menangani banyak pasien atau orang-orang yang
berkonsultasi kepada mereka. Dari buku ini kita bisa menjawab berbagai
pertanyaan dasar seputar hubungan laki-laki dan perempuan yang sering
ditanyakan sebagian besar pasangan yang menikah. Mengapa laki-laki itu lebih
menginginkan hubungan seksual ketimbang perempuan? Mengapa perempuan lebih
memiliki kecenderungan mencari laki-laki yang mapan? Mengapa lelaki tidak bisa
multitasking seperti perempuan? Mengapa perempuan enggan melakukan seks? Seperti
apa perselingkuhan itu, penyebabnya dan sensasi apa yang dicari para pelakunya?
Serta pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sering terlintas di kepala kita yang
berkaitan dengan hubungan manusia laki-laki dan perempuan.
Buku
ini juga menyuguhkan tips bagaimana memilih pasangan, atau setidaknya mempelajari
kriteria atau karakter seseorang sehingga nantinya bisa menyesuaikan dengan
keinginan. Selain pemaparan teknis dan praktis, terdapat juga kuis yang bisa
diisi oleh laki-laki dan perempuan, semacam survey diri. Ini menurut penulis
dibutuhkan ketika ingin mencari pasangan.
Sayangnya,
karena latar penulisan menggunakan referensi dari penelitian di Eropa dan
Barat, maka apa-apa yang disampaikan di buku ini pada akhirnya mengikuti budaya
setempat. Selain juga ada pembahasan tentang seks bebas, di buku ini juga terasa
sekali sisi materialis dari pilihan-pilihan yang diberikan. Misalnya dalam hal
pemilihan pasangan yang cenderung melihat unsur fisik, materi dan hal-hal yang
bersifat duniawi. Ini tentu saja sangat jauh berbeda dengan apa yang diatur di dalam
Islam, di mana dalam mencari pasangan, parameter utama yang kita gunakan adalah
agamanya, termasuk di dalamnya kepribadian. Memang, tidak kita pungkiri,
hal-hal bersifat materi juga terkadang menjadi pertimbangan dalam memilih
pasangan bagi sebagian kita, tetapi itu tidaklah mutlak. Jadi, anggap sajalah
ini semacam perbandingan.
Dengan
membaca buku ini, menurut saya, pasangan-pasangan yang telah menikah bisa
meminimalisir konflik, setidaknya dalam urusan perasaan dan ranjang. Buku ini
termasuk buku pengembangan diri dan psikologi karena sudut pandang
pembahasannya berdasarkan ilmu psikologi dan hubungan antar manusia. Sifat
bukunya merupakan wawasan umum, yang hal-hal di dalamnya sangat bermanfaat
sekali buat bekal hidup dalam rumah tangga, minimal untuk memahami sifat dasar
lawan jenis. Jika telah mengetahui sedikit banyak cara kerja otak dan
psikologis pasangan, bagi pasangan yang sudah menikah bisa melakukan manajemen
diri terhadap hal-hal apa saja yang sesuai, menghindarkan hal yang tidak
sesuai, juga tidak membentur-benturkan permasalahan dengan pasangan sehingga
mudah memicu konflik.
Secara
keseluruhan, buku ini layak direkomendasikan bagi para pasangan yang sudah
menikah sehingga satu sama lain saling memahami karakter pasangannya.
Judul:
Why Men Want Sex and Women Need Love
Penulis:
Allan & Barbara Pease
Penerjemah:
Katisha
Perwajahan
sampul: Mila Hidajat
Perwajahan
isi: Nur Wula Dari
Cetakan
ketiga: Maret 2018
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
0 comments