Mencintai buku seperti kebahagiaan baginya. Karena
kedekatannya dengan buku, ia pun akrab dengan kegiatan literasi. Baginya buku
memiliki efek terapi tersendiri, mencerahkan dan banyak kebaikan yang bisa ia
jumpai didalamnya.
Ia dikenal dengan nama pena Evyta AR. Wanita pemilik nama
lengkap Evyta Andriani Ritonga ini memang terkenal senang membaca. Tampak dari
beberapa tulisannya yang cukup bernas, istilah kerennya informasi yang
ditawarkan daging semua. Tak heran karena sebulan ia bisa melahap tiga sampai
lima buku, tergantung tipis tebalnya.
Putri dari pasangan M.Rusli dan Hafni ini juga cukup aktif
menulis. Selain aktif sebagai kontributor salah satu tabloid online di Medan,
ia juga anggota komunitas menulis, Forum Lingkar Pena Sumut dan cukup aktif di
blog. Kita bisa main di blognya evytaar.com.
Wanita kelahiran September ini mulai suka menulis ketika masih kuliah.
Tulisan pertamanya yaitu resensi buku Breaking the Time karya Hadi Lubis dan
dipublikasikan di mading kampus. Sejak itu ia mulai mencoba tulisan lainnya. Tahun 2005 penyuka
pempek ini mulai aktf menulis di blog.
Wanita berkaca mata ini kini aktif menulis resensi, opini
atau artikel. Tulisan yang cukup berkesan baginya ketika menulis untuk lomba. “Harus banyak riset dan membaca
ketertarikan calon pembaca dan juri itu seperti apa. Beda gaya menulisnya
dengan artikel biasa.” Papar Evyta. Salah satunya ketika mengikuti lomba
menulis dari salah satu brand laptop di Indonesia yang isinya tentang review
produk laptop keluaran terbaru. Cukup berkesan karena banyak ilmu baru yang
didapat dari menulis produk laptop tersebut. Termasuk mempelajari model tulisan
seperti apa yang disukai. “Ternyata model story telling lebih disukai,” ujar
wanita kelahiran Jambi ini.
Ada beberapa prestasi menulis yang telah ia torehkan, yaitu
artikel terfavorit lomba SEO Oli Top One (2011) dan Juara 1 lomba Flash
Blogging oleh Kominfo (2018). Dan antologinya yaitu Penghapus Mendung
(Leutikaprio, 2012), Cintaku di Putih Abu-Abu (Writing Revo Publishing, 2012),
Mendadak Lucu (Proyek Nulis Buku Bareng), Medan Membaca (Farha Publisher,
2020), Dilema Jemari oleh Duta Damai Sumut (Obelia, 2020) dan e-book
Negeri di Atas Awan.
Lalu apa yang biasa dilakukan wanita lulusan Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara ini untuk moodboster dalam menulis? “Seperti kata
penulis-penulis besar, tentukan strong why kita. Selain itu juga banyak
membaca supaya ada bahan untuk menulis. Jika merasa jenuh, bisa rileks, makan
apa yang kita sukai atau refreshing sejenak. Setiap penulis pasti punya cara
tersendiri untuk meningkatkan semangat menulisnya.” Terang Evyta.
Evyta yang kini telah memiliki perpustakaan mini masih
memiliki mimpi yaitu ingin memiliki tempat khusus untuk perpustakaannya karena
kini masih tergabung dengan rumah, jadi masih belum bisa untuk dikunjungi
banyak orang. Suatu saat ia ingin
perpustakaan yang memiliki kebun hijau dan kafe buku. Targetnya kini, ia ingin
minimal bukunya rutin dipinjam, agar lebih banyak orang yang ikut membaca dan
merasakan manfaatnya. Koleksinya kini telah mencapai lebih dari 5000 eksemplar
buku. Dimasa pandemi ini, cukup dibatasi orang yang datang ke perpustakaannya.
Demi menjaga keselamatan bersama. “Hanya satu-satu orang saja, itu pun setelah
janjian. Sisanya dikirim lewat ekspedisi atau kurir,” jelas Evy.
Nyatanya memang dekat dengan buku tentu memiliki segudang
manfaat. Tidak hanya menambah wawasan, buku juga bisa jadi sarana hiburan yang
asyik dan terapi tersendiri bagi yang ingin mendapat pencerahan atau semacam
ketenangan. Dan tentu ada kebahagiaan
tersendiri, saat kita bisa menuliskan informasi dari apa yang telah kita
dapatkan dari membaca. Jadi semacam sharing ilmu dan terdapat kepuasan
tersendiri didalamnya.
0 comments