Menjadi seorang pendidik adalah hidup bagi sebagian orang.
Bukan saja karena ia mencari nafkah karena berprofesi sebagai guru tetapi
karena ia merasa nyaman mendalami dunia tersebut dan punya cita-cita besar di
dalamnya.
Sama halnya seperti M.Nurul Fadhli. Lelaki kelahiran 14 Juli
1985 ini, kini fokus di dunia pendidikan khususnya tingkat Sekolah Dasar. Ia
kini menjabat sebagai Kepala Sekolah MIS Annur Medan yang berlokasi di Medan
Labuhan. Berawal dari posisi sebagai guru biasa karena sudah bekerja di tempat lain, ia kini
benar-benar fokus pada yayasan sekolah yang telah dirintis keluarganya
tersebut. Karena menyadari pentingnya pendidikan bagi generasi muda negeri ini.
Suami dari Veriyani Gemasari ini memang sangat menyukai
dunia anak-anak. Ia senang mengajar dan bercengkrama dengan anak-anak. Selain kesehariannya di sekolah, ia juga
disibukkan dengan kegiatan di BKM Masjid, kepengurusan STM serta pembinaan
remaja masjid. Anak dari pasangan Nurman dan Rahmawati ini juga senang gowes
alias bersepeda, ia biasa merutinkan kesenangannya itu setiap ahad pagi bersama
teman-temannya. “Jadi setelah sibuk dengan rutinitas sehari-hari, kita harus
tetap jaga kesehatan, refreshing hati dan pikiran,” papar pria penyuka
Nasi Soto ini.
Ayah dari Abyan, Adzkia dan Adib ini juga masih tercatat
sebagai pembina dari FLP Sumut. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum FLP Sumut
periode 2010 - 2014 pria yang senang menulis puisi ini juga karyanya sudah
dimuat di koran Analisa, Waspada dan Sumut Pos. Ia juga memiliki dua buku antologi puisi yaitu,
Antologi Puisi Nuun dan Medan Berpuisi bersama sastrawan Sumut.
Kini Fadli memang lebih fokus pada dunia pendidikan,
khususnya pendidikan Islam. Menurutnya pendidikan Islam itu penting karena
merupakan fondasi awal bagi generasi penerus.”Harapannya lewat pendidikan Islam
kita cetak generasi Islam yang tangguh, cerdas, berkarakter dan berbudi. Dengan
pendidikan islam kita ber-ikhtiar agar generasi kita tidak lemah secara aqidah,
ibadah, muamallah, akademik dan bakatnya. Karena kini banyak orang pintar, tapi
akhlaknya lemah.” Papar pria yang juga hobi bernasyid ini.
Lalu bagaimana pandangan Fadli tentang sistem pembelajaran
daring karena belum diizinkan belajar secara tatap muka. Alumni dari Universitas
Negri Medan jurusan Kimia ini menjawab, masih kurang efektif untuk pembelajaran
daring bagi anak SD. “Ada beberapa alasan yang kita lihat sendiri. Pertama
tidak semua orang tua punya waktu untuk mendampingi anaknya belajar karena
kerja atau kesibukan lainnya. Kedua tidak semua orang tua memiliki kemampuan
akademik untuk menemani anaknya belajar. Ketiga sebagian besar anak sulit fokus
dengan sistem daring dan biaya paket internet juga besar belum lagi efek
radiasi dari handphone atau laptop yang dipakai.” Jelas Fadli.
Pria penggemar Salim A.Fillah ini berharap, kondisi segera memulih. Agar
pembelajaran bisa dilakukan secara normal seperti biasa. “Tetap jaga kondisi
badan dan jangan abaikan protokoller kesehatan. Saling menjaga agar
penularannya juga tidak semakin luas.” Tambah Fadhli.
Banyak penyesuaian memang mau tidak mau harus kita lakukan
di masa pandemi ini. Agar aktivitas tetap terus berjalan disamping juga saling
menjaga diri dan keselamatan orang lain dengan selalu memakai masker, jaga
jarak, jaga kebersihan serta kesehatan diri.
0 comments