BLANTERWISDOM101

Resensi: Gen Z dan Lompatan Generasi

Sabtu, 11 Juli 2020
Buku Generasi Z

Judul: Generasi Z

Penulis: David Stillman dan Jonah Stillman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: Keempat

Tahun Terbit: 2019

ISBN: 978-602-03-7981-4

Peresensi: Evyta Ar

“Perkenalkan Gen Z. Yang terdepan sudah berusia dua puluh tahunan. Dengan jumlah sebesar 72,8 juta, Gen Z hadir di lingkungan kerja dan perusahaan, dan para pemimpin tidak bisa mengabaikan mereka. Jika tidak mengenal Gen Z, risikonya adalah kita akan memperlakukan mereka seperti generasi Millennial. Kesalahan besar, dan itu sudah kita lakukan sebelumnya” (David Stillman).

Keberadaan generasi Milenial saat ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan lagi. Memang, beberapa tahun lalu, kita sempat dikejutkan dengan gelombang Milenial yang banyak menyedot perhatian publik karena keunikan karakternya. Kehadiran mereka di berbagai lini kehidupan sedikit banyak memberikan andil terhadap perubahan-perubahan hingga menggiring dunia menuju era disrupsi.

Sebenarnya, mulai dari Dr. Muhammad Faisal dengan buku Generasi Phi-nya hingga Yuswohady dengan karya best seller-nya yang berjudul Millennials Kill Everything, karakter dan pengaruh kaum Milenial terhadap keberlangsungan banyak aspek keseharian kita sudah cukup lengkap dibahas. Namun sayangnya, boleh jadi kesadaran tentang era disrupsi ini agak sedikit terlambat bagi sebagian orang.

Ada banyak perusahaan yang harus gulung tikar karena tidak menyadari bahwa, di sekitarnya, orang-orang mulai berubah. Gaya hidup berubah. Cara-cara lama sudah tidak terlalu relevan lagi bagi generasi Milenial. Belum selesai dengan keterkejutan hadirnya generasi Milenial serta efek disrupsinya, ternyata kita sudah harus bersiap-siap menyambut sebuah generasi baru yang tak kalah uniknya dengan Milenial, yakni Generasi Z.

Generasi Z adalah label yang digunakan oleh David Stillman untuk menyebutkan nama generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995-2012 dengan umumnya orangtua berasal dari generasi X. David sebagai Generasi X dan anaknya, Jonah Stillman, yang berasal dari Generasi Z melakukan riset dan survey terhadap banyak anak generasi Z dan orangtua generasi X di Amerika untuk menyusun buku ini. Menurutnya, penting memahami karakter dari setiap generasi karena akan berpengaruh sangat besar bagi proses kita menjalani kehidupan.

Selera, kebiasaan, dan arah jalan hidup dari generasi Z terbentuk dari karakter generasinya secara umum. Jika generasi Milenial kemudian berhasil menyebabkan disrupsi di banyak lini kehidupan, maka Generasi Z mungkin akan menimbulkan lompatan yang sangat jauh dibanding pendahulunya. Ini akan memengaruhi geliat pendidikan, bisnis, dan ekonomi sebuah negara bahkan dunia.

Apakah bisnis toko online konvensional masih relevan untuk Generasi Z? Apakah proses perekrutan karyawan sebuah perusahaan masih membutuhkan wawancara dengan cara-cara lama? Atau apakah konsep perguruan tinggi bagi Generasi Z masih relevan seperti yang ada saat ini? Tak bisa kita pungkiri, keberadaan Generasi Z akan menyebabkan banyak perusahaan dan pemilik bisnis untuk berpikir ulang mengenai konsep bisnis yang akan mereka sesuaikan dengan karakter generasi ini. Jika tidak, mereka harus bersiap-siap tertinggal, seperti Nokia yang tutup buku akibat gelombang Android yang tak terbendung.

Lantas seperti apa karakter atau sifat dari generasi ini? Pasangan ayah dan anak Stillman memaparkan hasil riset mereka di buku ini secara gamblang.

Salah satu sifat paling utama dari Generasi Z adalah figital, yakni dunia di mana fisik dan digital sama linearnya, tidak ada batasan dan perbedaan. Bagi generasi Z, dunia fisik adalah equivalen dengan digital, pun sebaliknya. Inilah alasan mengapa saat ini terjadi fenomena maraknya influencer yang mengangkat kehidupan sehari-harinya di dunia fisik ke ranah digital. Atau ketika seorang pemimpin cukup melakukan rapat dengan karyawannya menggunakan aplikasi konferensi daring (dalam jaringan).

Kalau Milenial adalah generasi yang idealis, maka Generasi Z adalah mereka yang realistis. Generasi ini juga sangat menyukai kustomisasi atau penyesuaian identitas mereka. Personal branding yang dibangun tak hanya sebatas branding standar yang pada umumnya dilakukan kebanyakan orang, melainkan lebih kompleks daripada itu. Mau jabatan seperti apa, kuliah yang bagaimana, pekerjaan seperti apa, mereka ingin menentukan sendiri keinginan mereka secara lugas.

Fear of Missing Out atau takut melewatkan sesuatu adalah sifat lain dari Gen Z. Mereka akan senantiasa terkoneksi dengan informasi dan teman sehingga tidak tertinggal berita-berita terbaru.

Dalam aspek ekonomi, Milenial memang sudah mulai mengusung sifat weconomist. Contohnya penggunaan ojek online atau fasilitas-faslitas dengan konsep ekonomi berbagi lainnya. Namun bagi Generasi Z, sifat weconomist ini melebihi kebiasaan pendahulunya. Tidak hanya sebatas keseharian, tetapi juga di dunia kerja tempat mereka akan memilih pekerjaan. Kontribusi sebuah perusahaan terhadap masyarakat akan memengaruhi keputusan para Gen Z ini bekerja.

Ada tujuh sifat utama yang dibahas David dan Jonah Stillman di dalam buku Generasi Z ini yang akan membuka mata kita tentang bagaimana karakter sebuah generasi akan memberikan pengaruh besar bagi perubahan dunia.

Pada dasarnya, sifat-sifat ini muncul akibat dari kondisi yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat di mana Gen Z tumbuh dan berkembang. Pola asuh orangtua Gen X, masa resesi, perang, kesulitan hidup, juga terjangan teknologi yang tanpa batas akhirnya membentuk karakter generasi secara kolektif.

Buku ini barangkali cukup berhasil menggambarkan keberadaan Generasi Z di tengah-tengah kita. Hanya saja, Stillman menggunakan kondisi dan lingkungan di Amerika sebagai dasar pijakan risetnya, sehingga ada sebagian aspek dari buku ini belum sesuai dengan kondisi kita di Indonesia. Sebut sajalah tentang tingkat pendidikan dan pemahaman penggunaan teknologi masyarakat kita. Jika dibandingkan dengan Amerika, tentu masih sangat jauh berbeda. Meskipun demikian, tetap saja buku yang ditulis berdasarkan pengalaman langsung penulisnya akan memiliki nilai yang lebih baik sebagai sebuah rujukan.

Memahami bagaimana Generasi Z berpikir dan bertindak akan menghantarkan banyak pihak melakukan perubahan dan penyesuaian. Disrupsi adalah sebuah variabel dalam bisnis. Seperti di dalam buku Who Moved My Cheese karya Spencer Johnson, variabel-variabel perubahan tentunya akan memengaruhi sebuah perusahaan mengambil keputusan.

“Jika kita melihat bagaimana generasi mendidik anak, terdapa suatu pola. Suatu generasi akan bereaksi terhadap cara generasi sebelumnya mendidik atau cara mereka sendiri dibesarkan. Mereka akan menerapkan “praktik terbaik” yang sama, tapi tentu saja meyakini bahwa ada suatu cara yang lebih baik.” (halaman 10)

Milenial dan Generasi Z adalah dua generasi yang perlu kita pahami karakternya satu sama lain. Dengan saling memahami, kedua generasi ini bisa bersinergi secara maksimal di kehidupan. Tak perlu muncul konflik di dunia kerja. Tak perlu saling menyalahkan karakter masing-masing di dunia pendidikan dan sosial. Bagi para orang tua, memahami karakter generasi ini akan memudahkan pola pengasuhan mereka.

Terlepas dari lingkup geografi pembahasannya, secara umum, buku ini adalah salah satu buku terbaik tentang Generasi Z yang patut kita baca.

Halo, Gen Z! Perkenalkan, Aku seorang Milenial. Senang berjumpa denganmu!

 Peresensi adalah seorang blogger Milenial, pecinta buku, dan penyuka hijau. 


Share This :
FLP Medan

Salam kenal, ini adalah website resmi FLP Medan, sebuah organisasi kepenulisan terbesar yang berasaskan keislaman, kepenulisan, dan keorganisasian.

0 comments