Prinsip adalah satu hal yang tak
bisa diubah oleh siapapun. Ia ibarat pondasi yang tetap dijaga agar tak berubah. Hal ini yang
dimiliki oleh pria yang akrab dipanggil Bang Sukma. Prinsipnya dalam dunia
kepenulisan menjadikan ia memiliki semangat ekstra untuk menjadi trainer
penulis.
Sukma, pria kelahiran 13 November
1985 ini memang kini sedang fokus di dunia kepenulisan. Ia yang kini sibuk
sebagai editor dari Penerbit Gerhana Publishing memang aktif menulis, mengajar
kelas menulis juga bimbel. Hampir semua kalangan usia pernah dilatihnya, mulai
dari usia ibu-ibu hingga anak-anak. Suami dari Aysyahtun Hasanah Siregar ini
tidak segan-segan mengerahkan segala ilmu dan motivasi demi lahirnya
bibit-bibit penulis.
Ayah dari Malika dan Queen ini
memang senang menulis sejak duduk di bangku SMA. Ia juga pernah menjuarai
beberapa lomba kepenulisan seperti juara satu lomba resensi buku tingkat Sekota
Medan tahun 2003, juara satu lomba penulisan artikel Keluarga Berencana PKK
Kota Medan tahun 2004 dan cerpennya pernah masuk nominasi sepuluh besar cerpen
terbaik Balai Bahasa Medan tingkat remaja Se-Sumatera Utara tahun 2006.
Berbagai tulisannya juga telah dimuat di berbagai media lokal yaitu cerpen,
puisi, artikel dan esai. Serta antologi dan buku karya pria asli Medan ini, yaitu Laut Air Mata
(2009), Medan Puisi (2007), Aku Penari dan Perempuan Langit (2006), Tinta Ini
Cinta Pertama (2007), Dimana Lagi Kusimpan Kemayaanmu dan Perawan yang masuk
dalam antologi bersama peserta The 1st International Poetry Gathering (2007).
Bagi pria lulusan Psikogi UMA
ini, melatih menulis haruslah dilakukan oleh orang-orang yang memang kompeten
di bidangnya. Seperti aktif menulis dan memang sudah menulis buku atau aktif di
organisasi kepenulisan. Agar para generasi muda yang memang memiliki semangat
menggebu untuk belajar menulis di berbagai event pelatihan terpenuhi rasa haus
akan ilmu kepenulisannya, tidak hanya sekedar mendapat motivasi kepenulisan
saja. “Ini alasan kenapa menjadi pemateri kelas menulis adalah hal yang abang
rindukan. Karena banyak pemateri yang kurang kompeten tetapi malah ditunjuk
sebagai pemateri kelas kepenulisan. Akhirnya ketika nanti ada kelas kepenulisan
yang benar-benar berkualitas maka masyarakat tidak akan percaya lagi.
Paling-paling motivasi menulis saja itu, ” papar pria berdarah Jawa ini.
Ditambah lagi minat baca masyarakat yang kini memang sangat menurun. Ia sendiri berusaha untuk meningkatkan minat baca dari lingkungan yang paling dekat, yaitu keluarga. Sukma sering membelikan buku anak untuk kedua anaknya sebagai hadiah. Hingga anak-anaknya sangat akrab dengan buku. Menurutnya minat baca harus dibangun dari keluarga agar ada habbit membaca bagi anak-anak, juga diiringi apreasiasi agar mereka senang membaca buku. Jika sejak dini, membaca menjadi habbit, maka tinggal merangsang keinginan menulis saja.
Ditulis oleh: Dewi Chairani
Keuren Bang Sukma, dan bangga satu almamater juga dengan Beliau. 😁
BalasHapusSukses terus buat Sukma dan Dewi. Bangga pernah menjadi mentor kalian.
BalasHapus