Lukaku
Luka ini lukaku...
bukan sembarang luka,
tak sekedar goresan atau sebaris sayatan
ia menganga lebar dan mengucurkan darah
Luka ini lukaku...
tak main-main,
merahnya tak hilang
meski sudah kubebat dengan seribu kenangan
Luka ini lukaku...
mungkin darahnya masih menyisa
di ujung belatimu
Main Hati
Ingatlah, apa yang kubilang...
denganku, kau tak bisa main hati
sekali sisipkan kembang di belahan hari,
lalu sesudah itu beranjak pergi...
Lihat saja,
pada akhirnya waktu akan menyeretmu kembali
sebab selama ini, belum pernah ada yang menang
melawan sujud dan do’a-do’a
sekalipun kau berlari,
jauh... hingga menyesat langkah kaki
Denganku, kau memang tak bisa main hati
saat kau datang lagi,
pastikan jangan ada gumpalan sesal di hati
sebab belum tentu aku
masih menunggumu di sini...
Sepasang Mata
Dan matamu adalah
tempat di mana matahari ditanam
dan segala mimpi ditaburkan
ada harapan yang ditumbuhkan
dalam setiap kedipannya
Di matamu hanya ada cerita
tentang warna yang aneka,
kupu-kupu... juga bunga-bunga
Dari matamu harusnya aku belajar
bagaimana cara mencinta
yang memberi, tanpa menjeda...
yang terus bercahaya, tanpa meminta apa-apa...
Sekotak Senja
Jangan biarkan senja mengilang
ditelan malam yang kelaparan
sebab setangkai cahaya,
dan ombak yang manja terlalu indah
untuk berakhir di sini saja
Kemaskan juga senja itu
masukkan ke dalam kotak,
sekedar pengganti dari coklat dan gula-gula
biar kubawa pulang dan kunikmati
kala aku sendiri
dan bahumu tak lagi bisa kusandari...
Tentang Penulis Selvi Rani lahir di Lubuk Pakam 10 September 1987.
Penyuka puisi. Ibu dari 5 anak. Bekerja sebagai guru fisika di SMK Negeri 1
Beringin. Anggota FLP Sumut
0 comments