Luka-Luka Kemanusian
Sampai
kepadaku sebuah kabar.
Tentang
seseorang yang matanya disiram air keras.
Konon
ia adalah salah satu pemberantas korupsi di negeri ini.
Pada
subuh buta, dua orang bermotor menyiram matanya dengan air keras.
Butalah
ia.
Bertahun-tahun
penyiram dicari.
Berbulan-bulan
berita ini memenuhi headline.
Pemimpin
negeri bilang, harus dapat.
Aparat
keamanan sibuk bekerja.
Siang
malam.
Ditanyai
bolak-balik oleh wartawan.
Jawaban
tegas disemburkan, kami masih terus mencari. Kerja keras.
Hancurlah.
Rusaklah.
Pupuslah.
Rasa
percaya.
Mencari
Harga Murah di Negeri Pertiwi
Aku
diberitahu kawanku, jika mencari sesuap nasi hari ini seperti mencari jarum
dalam tumpukan jerami.
Aku
diberitahu kawanku, jika mencari air bersih, harus ditebus dengan harga yang
tak murah.
Aku
diberitahu kawanku, jika di negerinya, lowongan kerja hanya untuk orang luar
negeri.
Aku
diberitahu kawanku, di negerinya pernah ada kisah biaya listrik yang naik
tiba-tiba.
Aku
diberitahu kawanku, pernah ada kisah seorang pencuri sebatang ubi diganjar
belasan tahunan penjara. Sementara perampas harta negara, bebas berkeliaran
meski masih dalam penjara.
Aku
diberitahu kawanku, doakan negeri ini agar segera dipimpin oleh
pemimpin-pemimpi yang adil nan bijaksana.
Nasihat
Seorang Ayah Untuk Anaknya
Nak,
selamat datang di negeri indah nan permai ini. Negara yang terdiri dari banyak
pulau. Laut-laut indah. Sawah-sawah yang membentang hijau. Dan yang tak lupa
adalah gedung-gedung pencakar langitnya.
Nak,
bersabar-sabarlah tinggal di negerimu. Jangan mudah emosi dan meluapkan marah.
Sebab di sana banyak orang yang suka betekak. Salah jadi benar. Benar jadi
salah. Penjahat dipuja-puja. Yang baik dimaki membabi buta.
Nak,
nanti kalau kau jadi pejabat negeri, permudahlah urusan orang lain. Jangan
sebab tak ada uang kau persulit. Bantulah orang-orang kecil. Tolonglah
orang-orang yang membutuhkan. Jabatan itu cuma sementara. Bukan milikmu
selamanya.
Nak,
jika pun akhirnya kau tak jadi pejabat, tak jadi aparat, tak jadi pegawai
negeri.
Jadilah
penulis saja. Lalu ceritakan tentang kelaliman mereka.
Nak,
negeri ini sudah kehilangan rasa keadilannya.
Tapi
sering kali keadilan datang dari siapa pemangku kewenangan.
Maka,
tak perlu berkecil hati. Jika nanti, kaupun diperlakukan tak adil pula.
TENTANG PENULIS
Abdi
Siregar. Lahir di Pematang Siantar. Anggota FLP Sumut angkatan III. Telah
menulis 5 buku. Sekarang domisili di Padang Lawas.
0 comments