Jeruji Jarak
Ragaku seperti mati
tertusuk rindu yang terhalang
jeruji
bayangmu kerap hadir dalam
imajinasi
sampai aku melukiskannya dalam hati
Apakah kau mengerti
Rindu selalu menggerogoti hati
Tanpa tau cara menghentikan yang
tak pasti
Mungkin hadirmu adalah penyembuh
sakit ini
Ingin sekali melihat senyum kecilmu
tak dari ilusi
Hingga akhir mengalahkan awal
pertemuan hari
Tak pernah ada kata bosan untuk
selalu memikiri
Hanya jeruji jarak sebagai
penghalang pertemuan kini
Namun tidak dengan hati
Angan dan ilusi
Terperangkap menjadi tak berarti
lagi
Aku berlari ingin mencari kau dari
sini
Namun kau terlalu jauh untuk ku
miliki
Biarlah aku dan anganku bersujud
dalam tangis
Semoga terjadi sebuah pertemuan
manis
Lentera dan cawan yang kita miliki
Hanya terhalang dan terpisah oleh
jeruji
Pematangsiantar, 23 Juni
2020
Biku Imaji Dalam Ilusi
Gemerlap kata dalam pijakan
Tusukan itu begitu hebatnya
Mendalam tajam tanpa ada pijaran
Melonjak keujung tak ada batasnya
Centangnya berubah menjadi hitam
Bak rasa hilang yang pernah mendalam
Dekapan angan hanya sepanjang gumam
Tiada gelombang kembali suram
Air beku berwarna pelangi
Ingin henti tuk mencari lagi
Tak ada kalimat yang terjadi
Karena tinta sedang di adili
Kini riuk kata sedang kau nanti
Saat berjalan dalam rubuhnya ilusi
Kau mulai tersadar itu hanya imajinasi
Mengalahkan langkah yang sekejap mati
Berpikir slalu berpikir lagi
Melawan otak penuh imajinasi
Protes dalam kata tak bermakna
Melihat mereka sekedar tertawa
Tak ada gelik menggelitik
Slalu terlontar suara kritik
Andai aku menggenggam sebuah pemantik
Mematikan omong sang peracik
Pematangsiantar, 23 Juni
2020
Pandemi Lawan Bersinergi
Sebagian orang penuh resah
Sebagian orang hanya biasa saja
Sebagian orang mengikuti anjuran pemerintah
Sebagian orang hanya mengabaikan perintah
Seluruh dunia bertumpahan air mata
Tanpa meneteskan sekucur darah dari raga
Melihat mereka yang terjatuh tiba-tiba
Pergi menemui sang kuasa
Tak bisa melawan hanya bisa pasrah
Hanya dapat menghindar dan mencegah
Ayolah manusia bersama sama kita semangat
melawan wabah
Meski jarak menjadi solusi bukan dengan amarah
Usaha dan doa selalu menjadi kekuatan kita
bersama
Tidakkah kau kasihan melihat mereka mati tiba
tiba
Tidakkah kau kasihan melihat mereka banyak yang
meronta
Karena semua adalah kehendak sang kuasa
Para medis tak bisa pulang ke rumah
Tak bisa memeluk menemui sanak saudara
Begitu pula dengan kita kebanyakan hanya bisa
pasrah
Apalah daya kita dan dunia yang sedang di uji
sang Maha kuasa
Pematangsiantar, 23 Juni 2020
Aku sang Jurnalis
Kau sebut apa aku
Kau selalu saja menatapku
Kau selalu saja ingin membungkamku
Kau selalu saja ingin menyuapku
Kau sebut apa aku
Kau selalu saja menghinaku dari hasil tulisanku
Kau selalu saja mengkritikku
Kau selalu saja ingin mematikan segala niat
baikku
Jurnalis, itu lah profesiku
Aku hanya penyambung lidah dari setiap rakyatmu
Kau bahkan tak pernah terima kritikan tentang
dirimu
Uangmu tak layak untuk membungkamku
Aku selalu terlindung oleh hukum yang mengatur
profesiku
Menjalankan setiap tugas kode etik persku
Tak akan melebihi batas dari setiap tulisanku
Tak akan ku tambahkan opini kebencianku
Mengapa kau tetap saja ingin lari dariku
Aku hanya ingin sedikit bertanya tentang dirimu
Aku hanya ingin bertanya tentang keadilan
terhadap rakyatmu
Aku pun hanya memberitakan keadaan rakyat
kecilmu
Tidak jangan lagi kau ingin membungkam tulisan
ini
Kita sudah lama reformasi
Pikiranmu tetap saja tak berevolusi
Tetap kau jalankan ego pribadi
Aku sang jurnalis, hobiku hanya menulis
Masa ini yang membuat kita menangis
Karena ulah seorang yang apatis
Tapi semangat, menghilangkan sedih yang tak
pernah jadi historis
Itu semua karena kita tak pernah melewati garis
Karena kita adalah seorang jurnalis
Menyebarkan pergerakan melalui tulisan manis
Aku bangga menjadi sang jurnalis
Pematangsiantar, 23 Juni
2020
Merasuki Jiwa Fatamorgana
Sang kelana tetap berjalan dalam aspal hitam
Berbau menyengat, menempel pada sepatu biru
Bercerita mengapa kulitnya berubah merah legam
Cerita sang kelana penuh dengan haru
Apa yang sebenarnya hendak kau cari
Sepatu biru bahkan ikut bercerita
Sang kelana tak memiliki pikiran pasti
Aspal hitam menjadi bukti mereka
Ruang hitam sang kelana masuki
Sepatu biru tak ingin mengikuti
Haru sangat terjadi pada mata hati sang kelana
Poster buruk terlihat tak lagi rapi
Aspal hitam terus saja menuntun sang kelana
Hingga akhir memasuki jiwa fatamorgana
Sepatu biru ingin menyadarkannya
Pikiran mulai beradu, khayalan mulai memasuki
raga
Fatamorgana membuatnya terlena
Tak sadar dosa terhadap sang pencipta
Sepatu biru tak berhasil menyadarkannya
Fatamorgana membuatnya buta
Terlena sudah, tak ada lagi ruang untuk sebuah
pikiran
Terbuang sudah, sepatu biru yang menjadi saksi
bisu
Terperangkap sudah, fatamorgana meracuni
pikiran
Terjatuh sudah, hela nafas terhenti raga kaku menjadi
abu
Pematangsiantar, 23 Juni
2020
0 comments