BLANTERWISDOM101

Cerpen: Jamu si Mbok

Sabtu, 08 Agustus 2020

 

Ilustrasi

Tinah ingin memuntahkan isi mulutnya. Sambil meringis dia terus mencoba meneguk minuman yang dibuatkan si Mbok. Ekor matanya mencuri pandang ke arah pintu dapur. Barangkali si Mbok  lengah mengawasi Tinah. Tampaknya si mbok sedang mengupas kunyit. Mual, itulah yang dirasakan Tinah. Tanpa berpikir berpikir panjang, semua isi mulut dimuntahkannya.

                Tinah?, si Mbok  berlari kecil menghampiri.

                Nah nggak suka jamu, Mbok. Udah berapa kali Nah bilang, Nah nggak mau minum Jamu.”

                Lah, piye toh, anak perempuan kok nggak suka minum Jamu? Jamu itu minuman yang bagus, biar sehat, biar ayu.

                Tapi Nah nggak suka baunya, mbok. Aneh gitu, mbok.

                Walah Nah, Nah. Kamu itu orang Jawa, harus suka minum Jamu. Jamu itu udah turun temurun jadi minuman orang-orang Jawa. Apalagi kamu itu anak perempuan. Minum jamu itu bisa bantu ngerawat tubuh kamu. Biar bersih luar dalam, bisa bikin ayu.

                Ah, si Mbok, dari kecil masak Nah disuruh minum jamu terus.

Ya, tapi dari kecil kamu nggak pernah habis minum jamunya, selalu aja dimuntahkan. Mbok bikin jamu untukmu itu kan karena mbok pengen kamu itu sehat, nggak tukang sakit-sakitan. Coba kalo kamu sakit, apa nggak repot, biaya perobatan mahal.

Nah muak, mbok. Jangan paksa Nah minum jamu lagi, mbok. Pokoknya Nah nggak mau. kalo mbok takut Nah sakit, Nah kasih minum vitamin aja.

Uwalah, jamu itu lebih bagus daripada vitamin. Jamu itu alami.

Tetap aja Nah nggak suka, mbok.

Yo uwes, terserah kamu aja lah Nah. Sekarang cepet dihabisi jamunya, tinggal sedikit lagi itu kan. Habis itu bantui mbok bikin jamu untuk jualan besok.

Tinah pun meneguk sedikit demi sedikit, lalu menyisakan seperempat isi gelas. Sambil celingukan mengawasi gerak-gerik si Mbok, Tinah membuang sisanya ke luar jendela. Berharap mudah-mudahan si Mbok tidak memergoki perbuatan Tinah.

Buru-buru Tinah menyusul si Mbok ke dapur, membantunya membuat jamu. Ya, membuat jamu sudah seperti ritual yang harus dilakukan Tinah saban sore. Mengupas kunyit, jahe, temulawak, dan aneka bahan jamu lain yang seabrek-abrek jumlahnya. Belum lagi semuanya harus di parut. Ah, memarut adalah pekerjaan yang paling membuat Tinah menderita. Setiap kali memarut, tangan Tinah selalu terluka. Setelah memarut, Tinah mengiris gula merah. Setelah itu, si mbok pun meracik semua bahan. Sementara itu, Tinah pun membersihkan botol-botol jamu, gelas, dan beberapa perlengkapan yang biasa dibawa si mbok berjualan, serta mengisi air panas ke termos. Nah, jangan lupa telur ayamnya”, kata si mbok kalau-kalau Tinah terlupa.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Tinah. Semua kenangan tentang jamu pun terputus. Tinah masih menatap lekat-lekat gelas di genggamannya. Berusaha menguatkan diri dan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneguk seluruh isi gelas. Tinah membayangkan es doger di hadapannya, lalu menyeruputnya dengan damai. Ayo Nah, habiskan, kau bukan kanak lagi, batinnya. Airmatanya meleleh membekasi sisi gelas. Suara kecil langkah kaki perlahan mendekati Tinah.

Nah, tumben jamunya habis?

Ya mbok, kan biar sehat mbok, bersih luar dalam, biar ayu. Tinah menyunggingkan bibir.

Kok baru nyadar sekarang sih ndok?

Tinah masih menyunggingkan bibirnya. Dia pun beranjak ke dapur, menghindari percakapan dengan si mbok. Tinah merasa pusing, matanya berkunang-kunang, perutnya pun terasa mulas, seperti ada sesuatu yang mendesak ingin keluar. Tinah mual, sambil membekap mulut dia berlari ke sumur. Tinah merasa limbung, pandangannya pekat. Tinah merasakan sesuatu yang dingin. Suara gemericik air pun perlahan mengecil di telinga Tinah. Memorabilia memenuhi kepala Tinah, segelas jamu si mbok menari-nari di pelupuk matanya. Lalu semuanya tinggal hitam.

Si mbok yang mendengar bunyi dari arah sumur pun berlari menghampiri. Seketika jeritan si mbok melengking di udara. Ada darah mengalir dari selangkangan Tinah, kental dan amis.

Tentang Penulis Fitrah Nur Aidillah Nst, Sekum FLP Sumut, Pimred Ruang Karya, dan aktif berkegiatan di beberapa organisasi lain).

Share This :
FLP Medan

Salam kenal, ini adalah website resmi FLP Medan, sebuah organisasi kepenulisan terbesar yang berasaskan keislaman, kepenulisan, dan keorganisasian.

0 comments